Sarlan Lamri Tekankan Pentingnya Beragama dengan Benar

SHARE

Palangka Raya, 19 Juli 2025– Udara dingin dini hari tidak menyurutkan semangat para peserta Diklat Penggerak Madya Persyarikatan khusus untuk Sekretaris se-Kalimantan Tengah yang dilaksanakan oleh PWM Kalteng. Selepas shalat lail dan dilanjutkan dengan shalat subuh berjamaah, di mushalla Asrama Haji Palangka Raya untuk mengikuti kuliah subuh & fathul al-qulub yang penuh hikmah dan pencerahan.

Kesempatan mengisi kuliah subuh kali ini diberikan kepada Ustadz Sarlan Lamri, utusan dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kotawaringin Barat, yang juga merupakan salah satu peserta Diklat. Dalam penyampaian beliau membawakan materi berjudul “Beragama dengan Benar”, sebuah tema penting dan sangat relevan dalam kehidupan umat Islam di era kontemporer.

Ustadz Sarlan menjelaskan bahwa beragama tidak sekadar menjalankan ritual, melainkan harus benar dalam akidah, ibadah, muamalah, dan akhlak. Ia menekankan bahwa Muhammadiyah sejak awal berdirinya hadir untuk mengajak umat Islam kembali kepada kemurnian ajaran Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah yang maqbûlah, dan menjauhi praktik-praktik keagamaan yang tidak berdasar.

Menurut biau, beragama yang benar haruslah menghadirkan tiga fungsi utama dalam kehidupan individu dan masyarakat, yakni:

  1. Sarlan Lamri Tekankan Pentingnya Beragama dengan Benar Mencerdaskan

Beragama dengan benar harus melahirkan umat yang memiliki kecerdasan intelektual dan spiritual. Islam sangat menghargai akal dan ilmu pengetahuan. Dalam QS. Al-Mujadilah ayat 11:

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat...”

Islam dituntut untuk memiliki pemahaman yang mendalam tentang ajaran agama, tidak hanya secara tekstual tetapi juga kontekstual. Dakwah Muhammadiyah pun selalu diarahkan untuk mencerdaskan umat, bukan membodohi atau mengandalkan ketakutan. Dakwah harus memberikan solusi, bukan menciptakan kebingungan.

  1. Mencerahkan

Beragama yang benar juga harus mampu mencerahkan, membawa umat dari kegelapan pemahaman menuju cahaya ilmu, dari keterpurukan menuju kebangkitan. Jika dikaitkan dengan misi profetik Nabi Muhammad SAW, yakni sebagai pembawa kabar gembira (basyîr) dan pemberi peringatan (nadzîr), serta pelita yang menerangi jalan kebenaran (sirâjan munîrâ).

Dalam konteks keindonesiaan, beragama yang mencerahkan berarti tidak menimbulkan konflik dan permusuhan, melainkan menciptakan suasana damai, toleran, dan harmonis. Seorang Muslim yang mencerahkan akan menjadi teladan di tengah masyarakat dan membawa maslahat yang luas.

  1. Menghidupkan dan Menggembirakan

Terakhir, menekankan bahwa agama hadir untuk menghidupkan semangat, bukan mematikan akal atau nurani. Agama harus membangkitkan optimisme, bukan menyebarkan ketakutan dan pesimisme. Dalam konteks dakwah, Muhammadiyah menekankan pendekatan yang menggembirakan, sesuai dengan sabda Nabi:

”Mudahkanlah dan jangan mempersulit. Gembirakanlah dan jangan membuat orang lari.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Beragama yang menggembirakan tidak berarti meremehkan syariat, tetapi mengajak dengan hikmah, keteladanan, dan pendekatan yang relevan dengan realitas. Hal ini penting terutama dalam membina generasi muda agar tidak alergi terhadap agama, melainkan mencintainya secara tulus dan sadar.

Kuliah subuh ini menjadi bagian penting dari rangkaian pembinaan dalam Diklat Penggerak Madya Persyarikatan yang berlangsung dari 18 hingga 20 Juli 2025. Selain meningkatkan kapasitas administratif para sekretaris di lingkungan Muhammadiyah, kegiatan ini juga menjadi momentum meneguhkan kembali semangat beragama yang benar di tengah derasnya arus informasi, ideologi, dan paham keagamaan yang tidak selalu selaras dengan Islam yang murni dan berkemajuan.

Dengan penuh semangat, para peserta menyimak dan mendiskusikan materi yang disampaikan dalam kuliah subuh dan diskusi kelompok dalam kegiatan fathul al-qulub yang semua peserta tidak hanya aktif sebagai peserta, tetapi juga sebagai penggerak dakwah yang membawa nuansa intelektual dan spiritual dalam bingkai kebersamaan.

Kuliah subuh dan fathul al-qulub ini memberikan kesan mendalam bagi Annisa Meutia salah satu peserta yang mewakili PWNA yang dalam kesehariannya juga memperkuat PWA Kalteng sebagai sekretaris Majelis Kader. Seluruh peserta di tengah rutinitas pelatihan, mendapatkan suplemen ruhani yang memperkuat semangat pengabdian kepada Persyarikatan dan umat. Semangat beragama dengan benar—yang mencerdaskan, mencerahkan, dan menggembirakan—adalah nilai-nilai utama yang terus dihidupkan dalam gerak dakwah Muhammadiyah.

PWM Kalimantan Tengah berharap momentum ini terus menjadi inspirasi bagi para sekretaris persyarikatan untuk tidak hanya andal dalam administrasi, tetapi juga menjadi agen perubahan dan pencerahan di daerah dan Ortom masing-masing.(ms)