Ramadhan Bulan Pengendalian Diri, Oleh: Suratmi

PWA Kalteng dalam kegiatan Dakwah Internasional Ramadan 1446 H, menggandeng Pimpinan Cabang Istimewa Aisyiyah (PCIA) dari Turki, Malaysia, dan Pakistan. Kegiatan yang disiarkan melalui YouTube Dakwah Internasional ini menghadirkan para narasumber yang membahas berbagai tema Ramadhan, salah satunya adalah Ustadzah Suratmi dari PDA Merangin yang membawakan ceramah berjudul “Ramadan Bulan Pengendalian Diri”.
Dalam ceramahnya, Ustadzah Suratmi memulai dengan mengutip firman Allah dalam QS Al-Baqarah ayat 183, yang menegaskan bahwa tujuan utama puasa adalah membentuk pribadi yang bertakwa:
Menurut beliau, Puasa Ramadhan bukan hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga momentum untuk mengendalikan diri dari hawa nafsu, syahwat, dan maksiat. Pengendalian diri yang total akan menghasilkan ketakwaan yang sejati, yang harus tercermin dalam perilaku sehari-hari.
Ustadzah Suratmi menegaskan bahwa pengendalian diri selama Ramadhan memberikan banyak manfaat, di antaranya:
1. Membina hubungan dengan Allah (Habluminallah). Dengan menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa dan memperbanyak ibadah, seorang Muslim semakin dekat kepada Allah.
2. Membina hubungan baik dengan sesama manusia (Habluminanna). Ramadhan mengajarkan kesabaran, kelembutan hati, dan kepedulian terhadap orang lain.
3. Mengokohkan kekuatan akal daripada nafsu. Dengan latihan mengendalikan hawa nafsu, seseorang menjadi lebih bijaksana dalam bersikap.
4. Menyadari dan mengakui kelemahan diri. Ramadhan mengajarkan bahwa manusia adalah makhluk lemah yang bergantung sepenuhnya pada Allah.
5. Melembutkan hati dan emosi. Dengan lebih banyak beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah, hati menjadi lebih tenang dan emosional lebih terkendali.
6. Meningkatkan empati kepada sesama. Puasa membuat seseorang merasakan penderitaan orang yang kurang beruntung, sehingga lebih peduli terhadap mereka.
Ustadzah Suratmi berharap Ramadan dapat menjadi madrasah (sekolah) untuk mengendalikan diri, sehingga setelah Ramadhan usai, kebiasaan baik ini tetap melekat dalam kehidupan sehari-hari.
Beliau menutup ceramahnya dengan mengingatkan bahwa dalam Islam, kemuliaan seseorang tidak diukur dari harta, kedudukan, atau keturunan, tetapi dari ketakwaannya. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Hujurat ayat 13:
"Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa."
Semoga Ramadhan tahun ini benar-benar menjadi momentum bagi umat Muslim untuk mengendalikan diri dan mencapai derajat ketakwaan yang lebih tinggi.(Pan)