Menjaga Hati dan Lisan di Bulan Ramadan,Oleh: Nora Janawahti

SHARE

Bulan Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga tentang menjaga hati dan lisan. Dalam kajian Dakwah Internasional Ramadan1446 H yang disampaikan oleh Ustadzah Nora Janawahti dari PWA Kalimantan Timur, beliau menekankan pentingnya menjaga hati dan lisan karena keduanya saling bersandingan. 

"Hati tidak bisa ditebak kecuali melalui anggota jasad, salah satunya lisan," ujar beliau. Lisan adalah cerminan hati. Apa yang keluar dari mulut kita menggambarkan kondisi hati kita. Oleh karena itu, menjaga lisan berarti menjaga kebersihan hati.

Rasulullah SAW bersabda: 
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim) 

Hadis ini menunjukkan bahwa perkataan memiliki dampak besar dalam kehidupan seseorang. Kata-kata yang baik membawa kebaikan, sementara kata-kata yang buruk bisa menyakiti orang lain dan menodai hati. 

Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda: 

"Ketahuilah, di dalam tubuh terdapat segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, itu adalah hati." (HR. Bukhari dan Muslim) 

Ustadzah Nora menjelaskan bahwa 'hati adalah raja dalam diri manusia'. Hati yang bersih akan memerintahkan mata, tangan, kaki, dan telinga untuk berbuat baik. Sebaliknya, hati yang kotor akan mengarahkan anggota tubuh kepada keburukan. 

Dalam kajiannya, Ustadzah Nora Janawahti juga membahas hubungan antara hati dan akal. 

- Akal berpikir secara logis, menimbang segala sesuatu berdasarkan fakta dan rasionalitas. 

- Hati berpikir secara intuitif, sering kali memberikan bisikan yang  lebih mendalam dan emosional. 

Menariknya, hati memiliki kemampuan unik yang tidak dimiliki oleh indra lainnya.
Hati dapat mendengar meskipun telinga tidak mendengar, hati dapat melihat meskipun mata tidak melihat. Itulah sebabnya dalam kehidupan, kita sering mendengar ungkapan seperti: 
     "Tanyakan pada hati." 
     "Ikuti suara hati." 
     "Hati nurani tidak bisa dibohongi." 

Semua ini menunjukkan bahwa dalam lubuk hati manusia, terdapat 'sifat ketuhanan' seperti kasih sayang, cinta, dan belas kasihan. Seharusnya, sifat-sifat ini menjadi cahaya yang terpancar dalam perbuatan kita. 

Sayangnya, tidak semua orang mampu menjaga kebersihan hatinya. Mengapa? 
Karena hati sering dikendalikan oleh hawa nafsu yang membutakan. 

Ketika hati lebih banyak dipandu oleh nafsu daripada cahaya Ilahi, maka kepekaan terhadap kebaikan akan melemah. Akibatnya, seseorang mudah berkata kasar, menyakiti orang lain, atau bahkan melakukan kemaksiatan tanpa rasa bersalah.   

Ustadzah Nora menutup ceramahnya dengan doa, "Semoga Allah menuntun kita untuk memiliki hati yang bersih, sehingga setiap kata yang keluar dari lisan kita adalah kebaikan, dan setiap perbuatan yang kita lakukan mencerminkan cahaya iman." 

Ramadhan adalah momentum terbaik untuk membersihkan hati dan mengontrol lisan. Mari kita manfaatkan bulan suci ini untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah.(Pan)