Memupuk Rasa Empati Terhadap Sesama di Era Global, Oleh: Dr. Yustinah M.Pd

Kegiatan Dakwah Internasional PWA Kalteng yang bekerjasama dengan PCIA Turki, PCIA Malaysia, PCIA Pakistan, pada Ramadhan 1446 H. Dalam sesi spesial ini, Ustadzah Dr. Yustinah, M.Pd dari Lembaga Penelitian dan Pengembangan Aisyiyah (LPPA) PWA Jawa Tengah menyampaikan ceramah bertajuk "Memupuk Rasa Empati terhadap Sesama di Era Global."
Ustadzah Yustinah mengawali ceramahnya dengan mengajak peserta untuk bersyukur atas nikmat usia, kesehatan, dan kesempatan yang Allah berikan untuk menjalani keseharian, termasuk beribadah di bulan suci Ramadhan. "Tidak semua orang mendapatkan kesempatan ini, maka kita harus memanfaatkannya sebaik mungkin, termasuk dengan meningkatkan empati terhadap sesama," ujarnya.
Dalam penjelasannya, Ustadzah Yustinah mengutip beberapa ulama besar mengenai makna empati:
- Imam Ghazali mendefinisikan empati sebagai kemampuan merasakan perasaan orang lain.
- Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa empati lahir dari perasaan kasih sayang dan kelembutan hati.
- Ibnu Khaldun menekankan bahwa empati dapat mendorong manusia untuk membangun peradaban.
- Sayyid Qutb menegaskan bahwa salah satu bentuk implementasi empati adalah kasih sayang terhadap anak yatim.
Dari berbagai definisi tersebut, Ustadzah Yustinah menegaskan bahwa empati adalah sifat yang melekat pada orang beriman dan menjadi bagian penting dalam membangun masyarakat yang harmonis.
Beliau kemudian menjelaskan tiga jenis empati yang perlu dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari:
1. Empati Kognitif. Memahami sudut pandang orang lain tanpa harus merasakan emosinya secara langsung.
2. Empati Emosional. Memahami dan ikut merasakan perasaan orang lain.
3. Empati Kompasional. Tidak hanya merasakan, tetapi juga bertindak untuk membantu orang lain.
Untuk membangun empati yang kuat, Ustadzah Yustinah mengingatkan bahwa Islam telah mengajarkan berbagai cara, sebagaimana dalam Al-Qur’an:
1. QS Al-Hujurat ayat 10:
_"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat."_
Ayat ini menekankan bahwa rasa persaudaraan dalam Islam harus diperkuat dengan sikap saling peduli dan membantu.
2. QS Al-Ma’un ayat 1-3:
"Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan orang yang tidak menganjurkan memberi makan orang miskin."
Ayat ini mengingatkan bahwa empati terhadap anak yatim dan orang miskin adalah bagian dari keimanan seseorang.
3. QS Al-Insan ayat 8-9:
"Dan mereka memberi makan orang miskin dan anak yatim..."
Ini menunjukkan bahwa Islam mengajarkan umatnya untuk selalu berbagi dengan mereka yang membutuhkan.
Sebagai penutup, Ustadzah Yustinah menegaskan bahwa empati tidak hanya berhenti pada perasaan, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata.Beliau mengajak seluruh penyimak untuk menjadikan Ramadhan sebagai momentum meningkatkan kepedulian sosial dan mempererat tali ukhuwah Islamiyah.
Ceramah ditutup dengan doa kafaratul majelis: “Subhanaka Allahumma wabihamdika, asyhadu anla ilaha illa anta, astaghfiruka wa atubu ilaik.”
Semoga dengan dakwah ini, semakin banyak umat Islam yang menyadari pentingnya memupuk empati dalam kehidupan sehari-hari dan menjadikannya sebagai bagian dari ibadah kepada Allah SWT.(Pan)